Jadi hari ini saya akan membagikan tentang apa Microservices itu ?
Kalo kata developer jaman now, kalo gak kenal microservices itu gak gaul ! microservices juga dapat membantu developer dalam membuat aplikasi yang high performance, scalable, reliable dan secure.
Microservice ini menggunakan desain yang memecah aplikasi berdasarkan fungsinya secara spesifik. Tidak sekedar dengan memisahkan berdasarkan user-role atau subdomain saja, tetapi aplikasi akan di breakdown lebih rinci lagi dari sisi fungsionalitasnya. Aplikasi akan dirancang agar setiap fungsi bekerja secara independent. Dan setiap fungsi dapat menggunakan teknologi stack yang sesuai dengan kebutuhan, walaupun itu artinya akan terdapat teknologi yang berbeda-beda dalam satu aplikasi besar.
Dengan pemisahan aplikasi berdasarkan fungsi-nya ini, pada akhirnya kita akan menemui keragaman teknologi dalam sebuah satu layanan digital. Misalkan dari layanan blog yang telah dicontohkan diatas, kita bisa coba pecahkan aplikasi blog tersebut menjadi fungsi konten, user management, komentar, rangking, search dan lainnya.
Pada bagian fungsi konten mungkin kita menggunakan PHP dan mysql, tetapi pada komentar kita menggunakan Python dan Mongodb, sedangkan di search menggunakan nodejs dan elasticsearch untuk penyimpanan datanya. Disini terlihat bahwa setiap fungsi / permasalahan teknis dapat diselesaikan dengan cara dan teknologi yang berbeda-beda.
Dalam konsep microservices, kita tidak hanya melalukan pemisahan di level aplikasi saja, tetapi dari sisi infrastruktur pula. Kita akan menemukan keragaman arsitektur infra, konfigurasi dan optimalisasi sistem yang berbeda, dan sering pula ditemukan jumlah dan spesifikasi server yang tidak sama antara service yang satu dengan yang lain.
Microservices berarti membagi aplikasi menjadi layanan yang lebih kecil dan saling terhubung tidak seperti aplikasi monolitik. Setiap microservice merupakan aplikasi kecil yang memiliki arsitektur heksagonal sendiri yang terdiri dari logika beserta berbagai adapternya (bahasa pemrograman, dll).
Pola arsitektur Microservice secara signifikan mempengaruhi hubungan antara aplikasi dan database. Alih-alih berbagi skema database tunggal dengan services lainnya, masing-masing services memiliki skema database tersendiri. Di satu sisi, pendekatan ini bertentangan dengan gagasan model data enterprise-wide. Selain itu, sering kali menghasilkan duplikasi beberapa data. Namun, memiliki skema database per service sangat penting jika ingin mendapatkan keuntungan dari layanan microservice. Masing-masing service memiliki database sendiri. Selain itu, services dapat menggunakan jenis database dan bahasa pemrograman yang paling sesuai dengan kebutuhannya.
Jadi intinya microservice yaitu membagi service ke bagian yang lebih kecil dimana service — service tersebut saling berhungan satu sama lain.Selain itu, dalam setiap services yang dibuat bisa menggunakan teknologi yang berbebeda.
Sedangkan untuk implementasi ke web, android, iOS dll tidak bisa secara langsung. Dimana kita harus membuat terlebih dahulu yang namanya API Gateway. API Gateway memiliki tugas seperti load balancing, caching, access controll , API metering, dan monitoring.